-->

Agar Nilam Sukses di Dataran Tinggi

Suhu rendah dan kelembapan tinggi dataran tinggi dituding menurunkan rendemen nilam [I]Pogostemon cablin[/I]. Apalagi penyakit layu bakteri dan nematoda acap kali menggagalkan panen. Tingkat kerugian akibat serangan organisme pengganggu itu mencapai 60—95%. Tingkat serangan layu bakteri pun lebih tinggi di dataran tinggi.

Suhu rendah dan kelembapan tinggi dataran tinggi dituding menurunkan rendemen nilam  Agar Nilam Sukses di Dataran Tinggi

Agus Yana, pekebun nilam di Gekbrong, Cianjur, Jabar, memilih nilam varietas sidikalang yang tinggi rendemen dan toleran serangan layu bakteri serta nematoda. Ia membudidayakan secara intensif dengan lahan terbuka dan tak ternaungi sehingga tanaman menerima sinar matahari secara penuh. Kelembapan di tempat Agus sekitar 70%. Setelah penyiapan bibit, Agus membersihkan kebun dari gulma dan mencangkul lahan sedalam 30 cm. Selanjutnya ia membuat bedengan: lebar 1,2 m, panjang 20 m, tinggi 0,4 m, dan jarak antarbedengan 80 cm. Setelah itu ia membuat lubang tanam sedalam 30 cm berjarak 100 cm x 80 cm dan dalam lubang 30 cm. Jarak terlalu rapat dihindari karena menghambat proses fotosintesis. Di setiap lubang tanam, Agus menaburkan 1,3 kg pupuk kandang kering dan membiarkan selama 2 pekan. Sehari sebelum tanam, Agus menaburkan 1 g insektisida sekaligus nematisida berbahan aktif karbofuran untuk mencegah serangan hama.

Sebulan pascatanam, Agus menyiangi tanaman sembari memberi 5 g Urea per tanaman. Urea dibenamkan 5 cm di bawah permukaan tanah, 5—10 cm dari tanaman. Pemupukan berikutnya ketika tanaman berumur 3 bulan. Ia memberikan campuran masing-masing 5 gram Urea, KCl, dan TSP di setiap tanaman. Perawatan lain berupa pemberian pupuk organik dari kotoran kambing, daun-daun kering, dan mikroorganisme. Proses pembuatannya, untuk kapasitas tangki 200 liter, kotoran kambing mengisi setengahnya. Fermentasi dengan bakteri itu berlangsung selama 10 hari. Sebelum penggunaan, hasil fermentasi itu ia saring. Agus mencampurkan 1 liter larutan fermentasi dan 10 liter air. Campuran itu ia siramkan ke sekujur nilam. Frekuensi penyemprotan sekali sepekan. Pada umur 6 bulan, tanaman anggota famili Labiatae itu siap panen. Agus memetik nilam pada pukul 06.00—08.00 ketika laju fotosintesis masih rendah. Agus menyisakan 20 cm batang bawah agar nilam dapat kembali berproduksi. Usai panen, Agus memberikan 1,3 kg pupuk kandang per rumpun nilam. Empat bulan berselang nilam siap panen kembali
LihatTutupKomentar